xyx (n) yxy ― (2/3)

yxy xyx

.

(1)

cure for an obsession? simple. get another one.

.

Kata orang, kita akan melihat kilasan hidup kita dengan cepat di detik-detik terakhir kita sebelum meninggal.

Tapi Yixing merasa sangat sehat ―agak kelelahan memang, tapi ia jelas sangat sehat― saat ini.

Oleh karena itu, ia jelas kebingungan ketika kilasan memorinya mendadak membanjiri ingatannya saat ini. Lelaki itu mengerjapkan matanya perlahan, berusaha menghalau kepingan-kepingan memori yang tiba-tiba menghampirinya dan mencegahnya untuk berpikir jernih. Perlu waktu beberapa detik untuk membuat Yixing sadar bahwa memori-memori tersebut jelas bukan memori sembarangan yang tak memiliki arti baginya. Dan perlu waktu beberapa detik lebih lama lagi untuk menyadari bahwa sosok yang terduduk di hadapannya saat ini terdapat di seluruh memorinya tersebut.

Ketika benar-benar tersadar akan kenyataan, Yixing hanya sanggup memiringkan kepalanya sedikit.

W-what?

Yixing tidak berniat membuat suaranya terdengar terpatah-patah seperti tadi, sungguh. Ia sendiri bahkan tidak mengetahui mengapa suaranya bisa mendadak menghilang saat ini. Mata lelaki itu kali ini bergerak cepat, mencari mata Xiaoyi yang terlihat sibuk menundukkan kepalanya. Kedua tangan gadis itu masih berada di atas meja, saling meremas satu sama lain. Yixing mendapati dirinya memajukan sedikit tubuhnya ketika Xiaoyi akhirnya memutuskan untuk kembali mengangkat kepalanya.

You ask what’s wrong with me? I honestly don’t know.” Yixing mengerjapkan matanya perlahan, memperhatikan ketika suara pelan Xiaoyi memasuki telinganya. Lelaki itu jelas cukup peka untuk menangkap getaran dalam suara Xiaoyi tadi. Gadis itu menatapnya selama beberapa detik sebelum akhirnya menghembuskan nafasnya pelan. “Sekarang setelah kupikir-pikir lagi, mungkin memang aku tidak akan pernah tahu apa yang salah dengan diriku. Everthing’s wrong, you see. Everything’s about me is wrong. The worst part is, no matter how many times I’ve been thinking about it, the faults are all mine in the end.

“Xiaoyi. Dengar―”

No, Zhang Yixing. You―” Xiaoyi kali ini jelas terdengar berusaha keras mengendalikan nada suaranya sendiri. Yixing mendapati gadis itu kembali menatapnya lagi, kali ini dengan aliran air mata yang terbentuk jelas di kedua pipinya. “―this time, you. You hear me out.

Yixing menunggu dalam keheningan yang perlahan mulai terasa menyesakkan selama beberapa saat. Di seberangnya, Xiaoyi tampak menarik nafasnya pelan dan menghembuskannya selama beberapa kali. Xiaoyi yang Yixing kenal jelas bukan merupakan tipe gadis seperti ini. Melihat sosok gadis tersebut setenang ini jelas berhasil membuatnya terdiam… dan takut.

For all this years, I think I’ve seen enough.” Adalah ucapan pertama Xiaoyi setelah ia menghembuskan nafasnya untuk ke sekian kalinya. Yixing jelas berusaha keras menahan dirinya sendiri untuk tetap duduk di tempatnya dan tidak berlari ke arah gadis tersebut ketika mendapati bahwa air mata masih mengalir di kedua pipi gadis itu. “Aku sudah cukup mengerti bahwa kau adalah seorang pekerja keras, Xing. Tidak semua orang bisa berada di tempat kau saat ini. Aku sendiri yang menyaksikan bagaimana kau membangun mimpimu dari nol hingga saat ini, saat di mana kau benar-benar berada di puncak dan dihargai semua orang. And I can’t be more proud of you, believe me when I said I do.”

Xiaoyi kembali menarik nafasnya pelan sebelum kembali berbicara lagi.

“Dan aku juga tahu kau adalah tipe lelaki yang bebas. I can’t blame you for it, that’s your nature. Ketika aku menerima ajakanmu berkencan sembilan tahun lalu, aku sudah tahu tipe lelaki seperti apa yang akan kuhadapi. Itu sebabnya aku sama sekali tidak pernah melarangmu, Xing. I know it’s your dream to build a dance institute. Aku percaya padamu, dan aku jelas tidak salah ketika mempercayaimu untuk hal satu itu. Dan ku pikir tidak ada salahnya untuk mempercayakan hatiku padamu juga kala itu.”

Yixing kali ini mendapati Xiaoyi membasahi bibirnya, memberi jeda pada kalimatnya sambil tetap menatap Yixing tepat di manik mata lelaki itu.

You’ve been nothing but good to me for all these years. Terkadang aku bingung bagaimana kau bisa tetap bertahan dengan sikapku yang seperti ini, lalu kemudian aku sadar bahwa kau memang tipe lelaki yang tetap akan bertahan dalam kondisi apa pun.” Xiaoyi memberi senyuman getirnya kali ini. “You have no idea how much it hurts me, Xing. Melihat kau tetap bertahan dalam kondisi apa pun dan aku? I’ll easily get annoyed over silly things. You have no idea how much it burdens me. Terkadang aku berpikir, apakah selama ini aku yang menahanmu? Apakah aku yang membuat kau tetap berada di tempat yang sama bahkan tak peduli seberapa besar usahamu untuk―”

Kali ini, Yixing jelas tak tinggal diam.

“Wang Xiaoyi just what the hell are you talking about?!” Yixing mendapati dirinya menggeser piring sushi di hadapannya, menyingkirkan satu-satunya penghalang yang berada di antara mereka berdua saat ini. Keningnya kali ini sedikit berkerut, nyaris kehabisan kata-kata untuk memikirkan respon yang tepat bagi perkataan Xiaoyi. “You know that’s bullshit, right? Kau tahu aku. Aku yakin kau sangat tahu bahwa aku sama sekali tidak pernah menganggap kau menghalangi―”

But everyone is!

Untuk pertama kalinya sejak kedatangan Yixing, Xiaoyi akhirnya menaikkan suaranya. Gadis itu menunjukkan ekspresi terluka miliknya sebelum kemudian memejamkan matanya selama beberapa saat. Ketika kembali membuka matanya, Yixing mendapati gadis itu kembali berhasil menutupi segala macam emosinya di balik topeng tegar yang ia gunakan sekarang.

Dan hal itu mau tidak mau kembali membuat Yixing terdiam dan berpikir: Sejak kapan hubungan mereka menjadi serusak ini? Dan kenapa ia baru tahu sekarang?

“Rasanya menyakitkan, kau tahu? Ketika mereka menatapku seolah mengatakan bahwa aku adalah alasan kenapa kau harus bekerja berkali-kali lipat lebih keras dari orang normalnya. When they see me, I just knew that―” Xiaoyi memejamkan matanya lagi, kali ini memutuskan untuk tak membuka matanya ketika menyelesaikan kalimatnya yang terpotong tadi. “―I just knew that this relationship won’t work out. We’re just walking in the same place and will never get anywhere. Kau tahu aku benar, kan? Kau tahu bahwa ucapanku sama sekali tidak salah, Xing. Kau hanya terlalu baik untuk mengakui bahwa tidak ada satu pun dari ucapanku yang salah tadi.”

Yixing terdiam. Lelaki itu masih terdiam ketika Xiaoyi akhirnya memutuskan untuk bangkit berdiri dari kursinya. Ia juga masih memutuskan untuk tak mengatakan apa pun ketika Xiaoyi mulai melangkahkan kakinya menjauh dari meja makan dan melangkah keluar dari dapur. Yixing baru membangkitkan dirinya dengan cepat dari kursi tempat ia duduk ketika suara langkah kaki Xiaoyi perlahan mulai terdengar menjauh.

Yixing nyaris berlari menuju pintu flat miliknya saat itu.

Xiaoyi, seperti yang ia perkirakan, masih berada tepat di pintu flat miliknya. Gadis itu tampak sedang mengenakan mantel abu-abu miliknya ketika Yixing kembali menghampirinya. Mata gadis itu mengikuti langkah kaki Yixing yang berhenti tepat lima langkah dari posisi Xiaoyi saat ini. Untuk beberapa saat, Yixing membiarkan Xiaoyi menatapnya tanpa mengatakan apa pun.

Lalu Yixing menghembuskan nafasnya keras. Cukup keras hingga membuat Xiaoyi terlihat cukup tersentak.

You don’t know me enough if you think I’ll let myself losing you like this, Xiao.”

Sebuah senyuman tipis khas Xiaoyi adalah hal terakhir yang Xiaoyi berikan pada Yixing sebelum kemudian gadis itu melangkah menjauh. Yixing hanya berdiri di sana, mengepalkan permukaan tangannya sendiri sambil mengulang ucapan terakhir Xiaoyi di kepalanya secara berulang-ulang.

“You never lose me, Xing. We’re just so busy pretending to hold on each other that we don’t realize we’re growing apart.”

***

Yixing harus mengakui bahwa hubungan yang selama ini ia jalani dengan Xiaoyi bukanlah hubungan stabil tanpa masalah berarti. Bahkan setelah sembilan tahun berlalu, Yixing masih merasa bahwa banyak hal yang masih harus ia mengerti dari diri seorang Xiaoyi. Tetapi sejauh ini, terlepas dari berapa kali mereka bertikai dalam satu bulan, Yixing sama sekali tidak pernah mendapati Xiaoyi berusaha mengakhiri hubungan mereka. Xiaoyi bukanlah seseorang yang gegabah dalam mengambil keputusan terlepas dari betapa kasar sifatnya. Dan ketika kali ini Xiaoyi akhirnya mengucapkan kalimat mengerikan tersebut padanya, mau tidak mau Yixing merasa cukup terkejut.

Terkejut karena ia sama sekali tidak sadar hubungan mereka sudah sampai tahap semengerikan ini. Lelaki itu jelas tidak tahu harus bersikap seperti apa, terutama ketika ia perlahan menyadari bahwa Xiaoyi baru saja menyalahkan dirinya sendiri atas rusaknya hubungan mereka, ketika pada kenyataannya Yixing lah yang telah membiarkan hubungannya yang seharusnya baik-baik saja bisa mencapai tahap serusak ini. Yixing lah yang telah bersikap seolah segalanya baik-baik saja dan sama sekali tidak menyadari betapa sikapnya selama ini telah melukai gadis tersebut.

Dan ironisnya, Yixing sama sekali tidak menyadari semua hal tersebut terjadi di depan matanya sendiri.

God. I’ve never seen so much dramas in one day, really.”

“Jangan membuatku lebih menyesal sudah membiarkanmu masuk tadi, Jongin.”

Mungkin kehadiran Jongin di sekitarnya saat ini hanya memperburuk suasana hatinya.

Jongin ―yang tampak cukup mengenaskan dengan kantung mata tebalnya― memang memutuskan untuk muncul di pintu flat milik Yixing lebih kurang setengah jam lalu, kira-kira 15 menit setelah Xiaoyi pergi. Awalnya Yixing sama sekali tak berniat membukakan pintu flat-nya ketika melihat wajah Jongin di kamera pengawas miliknya. Tapi ketika lelaki itu mulai berteriak tak sabaran dan menggedor-gedor pintu flat-nya dengan cukup brutal, Yixing memutuskan lebih baik membiarkan lelaki itu masuk. Perhatian dari para tetangga penghuni flat tetangganya jelas merupakan hal terakhir yang ia butuhkan saat ini.

Tidak butuh waktu lama bagi Jongin untuk menyadari bahwa ada sesuatu yang salah di diri Yixing. Hanya dalam waktu sepuluh menit sejak kedatangannya, lelaki itu mendapati Yixing sudah menceritakan garis besar kronologis ‘berakhirnya’ hubungan-sembilan-tahun miliknya.

Dan seperti perkiraan Yixing, Jongin tetaplah seorang Jongin. Yixing tentu tak bisa berharap banyak dari lelaki yang hidup dari penderitaan orang lain tersebut, tak peduli meskipun Jongin adalah sahabat dan partner tarinya sejak bangku SMA.

Seriously. Sepertinya pengaruh drama-drama Korea itu mulai berefek ke kehidupanku. You won’t want to know how much a drama queen Cheonsa is today.” Jongin meneguk soda dalam genggamannya. Lelaki itu mendapatkan benda tersebut di kulkas Yixing beberapa menit lalu, dan tanpa tahu malu mengambilnya tanpa seizin Yixing. “She is shouting at me because I joke around about our wedding cake had a Pororo or Crong in it. She. Is. Freaking. Shouting. In the middle of the cake shop. Aku bersumpah aku tidak akan pernah mau lagi menginjakkan kaki di sana. Pegawainya melihatku seolah berpikir aku lebih gila dari Cheonsa karena ingin menikahi seorang pasien sakit mental.”

Why am I not surprised.” Yixing menghembuskan nafasnya pelan, jelas tak tertarik. “Kalian berdua bisa berpikir untuk menikah saja sudah merupakan keajaiban besar.”

Jongin mendengus keras, nyaris tersedak sodanya sendiri, “Setidaknya bersabar menghadapi mood swing-nya nyaris sepuluh tahun sama sekali tidak sia-sia. Lagipula― Oh shit. Dia menelepon lagi. Di mana handphone-ku, huh?”

Lalu Yixing kembali terdiam.

Yixing menghiraukan Jongin ketika lelaki itu terlihat mulai mengutuk panjang lebar sambil meraih tas miliknya dan mulai mencari sumber bunyi dering handphone yang baru saja berbunyi beberapa detik lalu. Yixing punya banyak hal yang lebih penting yang harus ia pikirkan saat ini. Mengkhawatirkan Jongin yang terlihat sangat frustrasi mencari handphone-nya jelas bukan merupakan prioritasnya.

Terutama ketika kalimat terakhir Jongin tadi cukup membuat Yixing tersadarkan secara paksa.

Jongin dan Cheonsa ―pasangan teriblis yang pernah Yixing temui seumur hidupnya― memulai hubungan mereka tidak terlalu lama sebelum Yixing dan Xiaoyi. Berbeda dengan hubungannya dan Xiaoyi yang cenderung terlihat ‘tenang di permukaan’, hubungan kedua orang ini jelas berbanding 180 derajat. Yixing sudah tak merepotkan dirinya sendiri untuk menghitung berapa kali pasangan ini mengatakan bahwa ‘Kami sudah putus. Jangan sebut nama dia lagi di depanku.’ sebelum akhirnya kembali terlihat bersama seminggu setelahnya.

Coba tanya pada orang-orang yang mengenal mereka: Siapa yang akan menikah terlebih dahulu? Yixing yakin jika 90% orang akan menjawab nama Yixing dan Xiaoyi. Hingga saat ini Yixing bahkan masih belum terlalu bisa meyakinkan dirinya sendiri bahwa manusia di hadapannya ini memutuskan untuk benar-benar melepas status lajangnya. Namun setidaknya ―seperti kata Jongin tadi― bersama dengan Cheonsa selama sepuluh tahun jelas tidak berakhir sia-sia.

Lantas apakah hubungannya dengan Xiaoyi berujung sia-sia?

Kali ini Yixing berusaha menghiraukan suara Jongin yang tampak berbicara di telepon dengan nada lelah. Bahkan tanpa perlu ditanyakan, Yixing sudah tahu siapa yang bisa menelepon Jongin saat ini. Yixing jelas berhasil melaksanakan niatnya untuk menghiraukan Jongin dengan berusaha mengulang kembali ingatannya tentang beberapa minggu terakhir. Bukan hal yang mudah untuk ia lakukan, mengingat bagaimana terbatasnya kemampuannya untuk bisa mengingat sesuatu.

Yixing berhasil mengingat bahwa terakhir kali ia bertemu dengan Xiaoyi adalah kira-kira tiga minggu lalu ―ketika Xiaoyi menghampirinya di studio tarinya di sela-sela waktu makan siang gadis itu―, saat ia mendadak tersentak kembali ke alam sadarnya. Tangan Jongin ―sungguh, Yixing benar-benar sangat menyesal membiarkan lelaki itu masuk saat ini― kali ini terlihat menepuk-nepuk permukaan meja di hadapannya dengan cepat. Jika tujuan utama Jongin adalah menarik perhatian Yixing, lelaki itu jelas sukses besar melakukannya.

“Cheonsa said I’m lying.” Yixing mengerutkan keningnya ketika mendapati Jongin berbicara masih dengan handphone yang menempel di telinganya. “Dia bilang seharusnya aku tidak berada di sini. And one more thing, dia bilang seharusnya sekarang kau sedang makan malam dengan Xiaoyi untuk merayakan hari jadi kesembilan kalian?”

Yixing mengerjap. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Berkali-kali

“Yixing? Earth to Yixing?

Tentu saja aku tidak lupa. Yixing mendapati dirinya kembali mengerjap ketika suaranya sendiri terdengar bergema di dalam pikirannya. Lelaki itu mendapati dirinya kembali mengulang pembicaraannya dengan Xiaoyi tiga minggu lalu di ruang kerjanya. Bagaimana kalau dinner di restoran Jepang favoritmu? Aku tidak yakin aku bisa menjemputmu. Kita bertemu di sana jam tujuh, oke?

Yixing kembali mengerjap.

Shit. Shit. Shit.

“Cheonsa. This is urgent. Yixing kambuh, nanti kutelepon lagi, oke? Bye.” Yixing jelas menghiraukan ketika Jongin kali ini akhirnya meletakkan handphone miliknya di atas meja. Dari sudut matanya, Yixing bisa melihat Jongin kali ini melipat tangannya di atas meja, tampak menatap Yixing dengan alis sedikit terangkat. “Triple shit means something bad, right? Dan kenapa ekspresimu terlihat seperti itu?”

Yixing perlu beberapa detik untuk menyadari bahwa ternyata ia tanpa sadar membiarkan mulutnya mengeluarkan apa yang tadi ia pikirkan. Ketika ia tersadar, kepalanya lantas dengan cepat menatap ke arah Jongin.

I forget.” Yixing kali ini menolehkan kepalanya ke atas kulkasnya, tempat sebuah jam berdiri. Lelaki itu sedikit menyipitkan matanya, lantas membuka mulutnya kecil. Jongin masih menatapnya dengan alis terangkat, namun matanya jelas menunjukkan bahwa ia sudah mengerti apa arti kalimat pendek yang tadi Yixing katakan. “Aku benar-benar lupa. Ia tadi meneleponku dan aku hanya―”

Jongin memiringkan kepalanya. Yixing menutup mulutnya, sebelum akhirnya menggerakkan tangannya menutupi sebagian wajahnya.

“―Shit. I am so fucked up.”

Right. You are so fucked up this time.”

Yixing mendengar embusan nafas pendek milik Jongin sebelum suara datar lelaki itu akhirnya memasuki telinga Yixing. Ia bahkan tidak sadar sejak kapan tangannya bergerak ke atas kepalanya, menelusuri rambutnya dengan pandangan nyaris nelangsa. Lelaki itu tidak tahu sudah berapa lama ia dan Jongin saling terdiam ketika akhirnya Jongin memutuskan untuk berdeham pelan. Mata Yixing bergerak ke arah lelaki itu, mendapati Jongin sedikit memajukan tubuhnya.

“Kau sudah berusaha menghubunginya?” Jongin membuka mulutnya perlahan, terlihat seolah memikirkan pertanyaannya sendiri sebelum kemudian akhirnya menggelengkan kepalanya pelan. “Maaf itu pertanyaan bodoh. Tentu saja kau belum menghubunginya.”

Kemudian hening.

Yixing sedang sibuk mengutuki dirinya dan menyalahkan dirinya bagaimana ia bisa lupa akan janji yang ia sendiri buat ketika Jongin mendadak kembali memajukan tubuhnya lagi. Lelaki itu terlihat memiringkan kepalanya sedikit, menatap Yixing tepat di manik matanya, dan terlihat jelas sedang memikirkan sesuatu. Yixing menunggu selama beberapa saat sebelum akhirnya Jongin kembali menegakkan tubuhnya dan melipat kedua tangannya tepat di depan dadanya.

Tell me, Yixing. Apa kau pernah memikirkan sedikit saja tentang hubungan kalian? Maksudku, kalian tidak akan mungkin terus seperti ini selamanya.” Jongin menutup mulutnya selama beberapa saat, terlihat berusaha memilih kalimatnya dengan teramat hati-hati. “Uhm. how to say this. Pernahkah kau berpikir sedikit saja kemana kau akan membawa hubungan kalian berdua? For example, menikah mungkin?”

Kali ini giliran Yixing yang memiringkan kepalanya, “Look, Jongin. I don’t see why you’re suddenly talking about this but―”

“Zhang, hear me.”

Dan Yixing kembali menutup mulutnya. Kenapa semua orang minta didengar olehnya hari ini? Lelaki itu mendapati Jongin menatap ke atas selama beberapa saat, mulut lelaki itu terbuka sedikit. Jongin berada di posisi tersebut selama beberapa detik sebelum akhirnya kembali menatap Yixing.

“Beberapa perempuan sangat sensitif dengan segala macam tanggal, kau tahu? Kau tidak akan percaya betapa kuatnya memori otak mereka mengingat hari jadi keseratus, atau segala macam hari yang bahkan tidak pernah kau tahu kehadirannya. I am saying this because I have to deal with it for these past ten years. I am a pro about it, you see.” Jongin terdiam sesaat, memberikan waktu bagi Yixing untuk menyerap perkataannya tadi. “Tapi aku tahu Xiaoyi bukan tipe seperti itu. Kita sudah saling mengenal cukup lama untuk bisa mengetahui sifat satu sama lain. Dan menurutku, Xiaoyi sama sekali tidak mengakhiri hubungan kalian karena kau melupakan hari jadi kalian. At least, not only because of that simple reason.”

Yixing mengerjap, dan Jongin menganggap reaksi lelaki itu sebagai tanda bahwa ia mempersilahkan Jongin melanjutkan ucapannya.

Have you ever wonder how Cheonsa and I ended up at this stage? Aku mungkin tidak pernah mengatakannya pada kalian, dan ini mungkin akan menjadi kali pertama dan terakhir aku mengatakannya.” Jongin kembali menghembuskan nafasnya pelan. “Aku memutuskan untuk mengajak Cheonsa menikah karena aku sadar bahwa aku tidak bisa terus membiarkan Cheonsa menungguku selamanya. I didn’t say this often, but I do love her. Dan aku tidak bisa membuat orang yang kucintai terus menungguku karena keegoisanku sendiri.”

“Ketika kau telah berhubungan dengan seseorang hingga selama ini, kau mungkin akan sadar bahwa ada fase di mana kau berpikir ‘Mungkin ia bukan terbaik untukku.’, atau ‘Ia pasti akan tetap menungguku.’ Mindset otakmu jelas berada di option kedua, di mana kau berpikir bahwa Xiaoyi tetap akan menunggumu. Aku tidak menyalahkanmu di sini. Tapi pernahkah kau berpikir bahwa mungkin Xiaoyi tidak berpikiran sama denganmu? Ia mungkin tidak mengatakan apapun dan tetap berniat membuatmu bebas melakukan apa pun seperti saat ini. But time’s running out of our control, you see. Ia mungkin tidak mengatakan apa pun, tapi percayalah ketika aku mengatakan bahwa seiring waktu ia mungkin menganggap bahwa ia sudah menunggu cukup lama, sementara kau tetap bersikeras berada dalam zona nyaman dan bebasmu.”

Jongin kembali menghembuskan nafasnya, “She might think that this relationship of yours will never get anywhere.

I just knew that this relationship won’t work out. We’re just walking in the same place and will never get anywhere

Yixing mendadak merasa mual.

“Harus kuakui. There was a time when dancing is the only thing that I care about in this world. Aku bahkan masih mencintai tari hingga detik ini.” Yixing masih merasa mual, dan ia sendiri bahkan tidak tahu bagaimana ia bisa tetap mendengarkan ucapan Jongin dengan teramat jelas hingga saat ini. “But at some point in my life, I realize that I shut everyone out of my life because my egoistic passion. Kau mungkin tidak akan sadar akan kebenaran ucapanku ini jika kau tidak mengalaminya sendiri, Yixing. And believe me, in the end dancing won’t love you back like how your loved ones do. Dan ketika aku sadar bahwa aku mulai termakan obsesi yang sama sekali tak sehat ini, aku akhirnya melihat bagaimana Cheonsa mulai terlihat lelah menungguku. Me and my egoistic obsession. Ia sama sekali tidak mengatakan apa pun. Ia bahkan tetap mendukung segala kegiatanku. But I just knew it. Aku tahu kapan obsesiku sendiri mulai membuatku dan Cheonsa menjauh bahkan tanpa kusadari.”

We’re just so busy pretending to hold on each other that we don’t realize we’re growing apart...

Jongin mengatupkan bibirnya selama beberapa detik, matanya terlihat cukup lelah.

“Aku sama sekali tidak bisa menyalahkan kau, karena aku sendiri pernah merasakan bagaimana seluruh hidupku hanya terfokus untuk meningkatkan kemampuanku. But Xiaoyi won’t wait forever. Ia mungkin tidak akan mengatakannya, Yixing. Aku mengenal Xiaoyi nyaris sebaik kau mengenalnya, dan aku berani bertaruh ia bahkan tidak akan berani mengatakan apa pun dan hanya menganggap bahwa ia akan mengganggu karirmu saat ini jika ia sampai mengatakan sepatah kata saja. Xiaoyi memang seorang gadis yang kasar, I know. Tapi percayalah, aku tidak pernah menemukan gadis lain yang memiliki tingkat toleransi setinggi Xiaoyi. Not even my own girlfriend.

Kali ini Yixing jelas tidak bisa lagi mengontrol dirinya sendiri. Kebenaran kalimat Jongin menghantamnya dengan brutal, nyaris tak memberinya waktu untuk bisa mencari pembelaan. Kepala lelaki itu kali ini dibanjiri dengan berbagai ingatan yang bahkan tak pernah ia sadari berada di dalam kepalanya selama ini. Mungkin selama ini, ingatan-ingatan tersebut memang tetap berada di sana. Di sudut kepalanya dan menunggu bom waktu untuk meledak. Sedikit ucapan dari Jongin, dan bam.

Bagaimana ia teramat sering ―bukan hanya sekali atau dua kali, tapi teramat sering― membatalkan janjinya dan Xiaoyi untuk sekedar makan siang karena ia harus menangani rehearsal tari grup bimbingannya. Bagaimana ia teramat sering mengacuhkan Xiaoyi dalam waktu yang bahkan tak bisa ia hitung lagi hanya karena ia terlalu sibuk mempersiapkan koreografi untuk lombanya mendatang. Atau, bagaimana ia bisa melupakan hari jadi mereka dan membiarkan Xiaoyi menunggu Yixing untuk memenuhi janji kosong yang ia sendiri buat.

Bagaimana Yixing terlampau sering membiarkan Xiaoyi melalui semuanya sendirian.

Melalui sudut matanya, Yixing bisa melihat Jongin akhirnya menghembuskan nafasnya panjang. Lelaki itu terlihat menggaruk dagunya sebentar, sebelum akhirnya berdiri dari tempat duduknya sendiri. Tangannya kali ini bergerak meraih tas dan handphone miliknya yang terdapat di atas meja. Lelaki itu menundukkan kepalanya sedikit, menatap Yixing dengan tatapan yang tak Yixing ketahui artinya sebelum akhirnya membalikkan badannya dan mulai bergerak menjauh.

You can love it, Yixing. But don’t let it controlled your whole life.”

***

kaixing

author notes:

KAIXING everyone?! HAHAHA

Buat part Jongin adalah bagian tersulit. Gak tau kenapa rasanya sulit membuat Jongin sebagai sosok yang kasih nasihat ke Yixing XD Hope you guys enjoy it 😀

2 thoughts on “xyx (n) yxy ― (2/3)

  1. Sisilia says:

    Wahhh si jongin jadi bijaksana….😆😆😆😆
    Ternyata si yixing memang kurang peka sampe perlu dikasi sadar..
    Tpi aku setuju dngn jongin klo perempuan cukup sensitive dengan hal2 seperti tgl jadian, hari jadi ke 100 dan sebagainya…

Leave a comment